4ras2-an

Describing Our Lives

Aplikasi SIG untuk Deliniasi Zona Erosi dan Banjir April 11, 2009

Filed under: Spasial Analisis — arasy @ 8:23 am

Perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografik) biasanya mengelola data berformat vektor. Bila fasilitas untuk data raster tersedia, biasanya digunakan hanya untuk menampilkan data tersebut bukan untuk keperluan analisis data. Oleh karena itu, diperlukan metode tambahan bila akan menggunakan SIG untuk analisis geo-spasial yang melibatkan banyak variabel. Penggunaan metode grid sederhana dengan perhitungan informasi bersifat numerik dapat diterapkan untuk berbagai tujuan analisa geo-spasial. Metode tersebut dilakukan dengan pembuatan grid pada peta daerah yang akan dianalisa, pembuatan struktur data sesuai dengan jumlah dan karakteristik variabel yang ditetapkan, pemasukan data, dan perhitungan data menggunakan pendekatan statistik dan matematika.

Beberapa variabel yang digunakan dalam penerapan metode ini, diantaranya adalah tipe batuan, struktur geologi, kemiringan lereng, tingkat pelapukan, penggunaan lahan, dan intensitas curah hujan. Hasil analisa menunjukkan bahwa Cekungan Bandung dapat dikelompokkan menjadi 5 zona erosi, yaitu erosi sangat kuat, erosi kuat, erosi menengah, erosi rendah, dan erosi sangat rendah.

Pada umumnya, kawasan rawan banjir menempati bentangalam berupa depresi. Di daerah tersebut air permukaan terkonsentrasi lebih dalam dibandingkan daerah sekitarnya.

Hasil analisa data dan hasil survei lapangan diverifikasi menggunakan uji beda rata-rata (t-test). Hasil uji menunjukkan bahwa diantara keduanya secara signifikan tidak berbeda, dimana “thitung < ttabel”. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa metode grid sederhana dapat digunakan untuk analisa data geo-spasial terkait dengan aplikasi SIG untuk deliniasi zona erosi dan banjir.

 

Aplikasi SIG Dalam Mitigasi Tsunami

Filed under: Spasial Analisis — arasy @ 8:07 am

Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang tsu = pelabuhan, dan nami = gelombang. Tsunami berarti pasang laut besar di pelabuhan. Dalam ilmu kebumian terminologi ini dikenal dan baku secara umum. Secara singkat tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut, seperti terjadinya gempa bumi, erupsi vulkanik, atau oleh land-slide (longsoran). Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat transien yaitu gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Periode gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit (Diposaptono, 2005).

Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut dalam mencapai antara 500 sampai 1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Sedangkan tinggi tsunami dapat mencapai 30 m. Dampak negatif yang diakibatkan adalah dapat menyebabkan genangan, kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Disamping itu dapat merusak bangunan, prasarana dan tumbuh-tumbuhan, dan dapat mengakibatkan korban jiwa manusia (Diposaptono, 2005).

Indonesia merupakan satu kawasan yang terletak pada daerah pertemuan tiga lempeng (triple junction plate convergence) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Pasifik dan lempeng India-Australia yang masing-masing bergerak ke barat dan ke utara relatif terhadap eurasia. Dengan demikian Indonesia merupakan daerah yang secara tektonik sangat labil dan termasuk salah satu pinggiran benua yang sangat aktif di muka bumi. Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Gempa-gempa tersebut sebagian berpusat di dasar Samudra Hindia, dan beberapa dapat memicu terjadinya gelombang laut yang besar yang disebut tsunami (Diposaptono, 2005).

Manajemen Bencana Tsunami

Tujuan umum dari manajemen bencana adalah untuk mencegah terjadinya bencana dan mengurangi dampak bencana tersebut. Ada empat fase yang kita lakukan ditampilkan pada tabel 1 (Erlingsson, 2005).

(more…)